Salam Redaksi

Selamat datang di Suara Demartha

Sabtu, 15 Januari 2011

GREAT 2007 GREAT CEREBRI


NAGARI SIAGA

Nagari siaga adalah nagari/kelurahan/desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri



ciri nagari siaga adalah
  • masyarakatnya
  1. mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
  2. peduli dan tanggap terhadap masalah kesehatan diwilayahnya
  3. waspada dan siaga terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
  • lingkungannya selalu bersih dan sehat
kegiatan di nagari siaga
  • Kegiatan utama
    • pengamatan penyakit secara sederhana
    • penanggulangan penyakit
    • kesiapsiagaan terhadap kegawatdaruratan dan bencana
    • pelayanan medis dasar
  • Kegiatan pengembangan
    • keluarga sadar gizi
    • perilaku hidup bersih dan sehat
    • lingkungan sehat
yang ikut dalam nagari siaga adalah
  • setiap individu dan keluarga yang ada di nagari/kelurahan dan desa
  • tokoh masyarakat, tokoh agama, bundo kanduang, pemuda, PKK, karang taruna, media masa dll
  • pejabat nagari/kelurahan/desa,camat,pengusaha dll
sarana yang dibutuhkan di nagari siaga
  • pos kesehatan nagari
  • pos kesehatan kelurahan
  • pos kesehatan desa
  • ambulance desa
  • sarana lain yang dikembangkan
petugas poskesri/poskeskel/poskesdes
  • 2 orang kader aktif
  • 1 orang bidan
  • petugas kesehatan lain

Senin, 10 Januari 2011

DEMOKRASI ANARKI

Karya Pan Mohammad Faiz


Berteriak lantang berkedok aspirasi

Mengumbar janji dan program suci

Lihat! semua orang bernafsu meraih kursi

Di tengah euforia terbukanya pintu reformasi

Gawat Tuan! Nurani bangsa telah dicuri

Mereka saling tuding dan saling menggurui

Yang tidak setuju boleh gunakan emosi

Kerahkan massa, lalu letupkan provokasi

Inikah yang kau sebut demokrasi?

Ah bukan, ini sih namanya democrazy!

Pantas saja tiap demonstrasi berhujung anarki

Karena kita sedang terlelap di alam mobokrasi

LUDAH YANG KERING

Lihatlah!
masih adakah hati yang berisi?
ketika logika sudah berbau terasi
ketika nurani kian ter-erosi..
di kilatan hujan pesona yang tidak kunjung basi

Lihatlah!
Dendang-an birokrat dan wakil berdasi..
penuh kegiatan sinetron mengejar kursi
Ketika tikus sibuk pesta korupsi
kucing justru giat pamer gusi...
terbuai diempuknya jok mercy

Lihatlah!
Gempita riuhnya demokrasi
menumbuhkan nurani yang semakin membesi
saat Rakyat butuh nasi..
namun justru di kremasi

Ah, sudahlah!
ini bukan Demonstrasi. .
ini juga bukan mosi...
ini hanyalah puisi...
dari yang hidup namun sesungguhnya mati!

PADAMU JUA

Karya Amir Hamzah

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas

Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku

KEPADA KAWAN

karya Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertunas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan,
Peluk kuncup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat,
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi.
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!

RAKYAT

Rakyat ialah kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa


*hadiah di hari krida
buat siswa-siswa SMA Negeri
Simpang Empat, Pasaman

DI NEGRI PARA BEDEBAH

Karya:Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan