Salam Redaksi
Jumat, 11 Februari 2011
NGARAI SIANOK YANG SERONOK
Ngarai Sianok adalah dua dinding bukit yang berdiri berhadapan hampir tegak lurus. Tingginya sekitar 100-120 meter dan panjang sekitar 15 km. Dindingnya membentuk semacam jurang dimana terdapat sawah yang membentang luas dan kelokan sungai di dasarnya. Di bagian atas ngarai ditumbuhi pepohonan dan rerumputan. Ngarai ini membagi lokasi menjadi dua bagian, kawasan Bukit Tinggi dan Gunung Singgalang. Jika dinikmati dari Taman Panorama yang sengaja dibangun oleh pemerintah daerah di bagian kawasan Bukit Tinggi, keindahan Ngarai Sianok tampak mencengangkan. Cadas yang sangat tangguh, tidak kunjung berubah meski panas dan hujan silih berganti. Memang di sinilah letak keistimewaan Ngarai Sianok. Apalagi pada saat matahari terbit dan hampir tenggelam. Berbagai wisatawan mancanegara bahkan mengaku tak merasa
lengkap jika tidak mengunjungi Ngarai Sianok dalam jadwal perjalanan wisata mereka ke Indonesia. Selain dari Taman Panorama, keindahan Ngarai Sianok juga dapat dinikmati dengan turun langsung ke dasar jurangnya yang merupakan area pemukiman dan persawahan penduduk. Jika ingin menikmati keindahan ngarai dari Taman Panorama, pengunjung cukup membayar retribusi sebesar Rp 3.000 per orang. Di Taman Panorama, pengunjung juga dapat menikmati lokasi wisata Lobang Jepang yang berlokasi di bawah tanah kawasan Ngarai Sianok. Hanya saja perlu membayar biaya pemandu lagi sekitar Rp 20.000. Lokasi Taman Panorama Ngarai Sianok sendiri terletak di dalam kota Bukit Tinggi. Jaraknya kurang dari 1 km dari pusat kota Bukit Tinggi, yaitu kawasan Jam Gadang dan Pasar Atas. Pengunjung dapat menjangkaunya baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan berj
alan kaki sambil menikmati sejuknya udara Bukit Tinggi. Di dalam kawasan Taman Panorama, disediakan pondok-pondok bagi pengunjung untuk bersantai dan menikmati pemandangan ngarai sambil sesekali melihat kelincahan monyet-monyet ngarai yang hidup bebas di kawasan taman. Jika memiliki makanan, berbagilah sedikit kepada mereka. Tapi namanya binatang, pasti mereka akan menunggu untuk diberi makanan lagi. Di dalam kawasan taman juga terdapat sebuah panggung teater mini yang sesekali digunakan untuk pertunjukan budaya pada waktu-waktu tertentu. Jika berdiri di atas panggung batu tersebut, luas sapu mata menjadi lebih lebar dan keindahan tebing yang berderet makin membuat berdecak kagum. Keindahan ini yang memang pantang dilewatkan oleh banyak fotografer dan pelukis lokal maupun mancanegara untuk diabadikan. Begitu pula yang dipahami oleh masyarakat sekitar ngarai. Mereka menjual berbagai cendera mata yang menolong para pengunjung untuk terus mengenang keindahan ngarai dan bersyukur atasnya jika sudah pulang ke daerah asalnya. Di sebelah utara taman, terdapat kios-kios cendera mata yang menawarkan kaus, tas, rajutan, kerajinan tangan rotan hingga lukisan yang merekam kedahsyatan Ngarai Sianok. Kaus dan baju dengan motif khusus dijual dengan kisaran harga Rp 30.000-75.000. Sementara itu, lukisan di atas kanvas dengan berbagai ukuran dijual dengan harga Rp 5.000 hingga ratusan ribu rupiah. Berjalan hingga ujung utara taman, terdapat sebuah menara setinggi 20 meter. Decak kagum di atas panggung teater mini bertambah derajatnya ketika menapaki tangga menara dan mendapati bahwa fakta alam yang sedang terhampar bukanlah buatan manusia.
LEMBAH HARAU NAN INDAH dan LEGENDANYA
Lembah Harau adalah objek wisata alam andalan di Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau suatu lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Berada ± 138 Km dari Padang ± dan 47 Km dari Bukittinggi dan sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh dan ±2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Sejak lama lembah Harau banyak dikunjungi wisatawan terutama pengunjung domestik dari daerah Riau, Sumut dan Jambi. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang.
Memasuki lembah harau, mata akan dimanjakan suasana alam pengunungan yang luar biasa apalagi dengan pemandangan 5 buah air terjun ( sarasah ) yang sangat besar dengan ketinggian ± 100 meter yang. Luar biasa indah seperti cerita di dalam sorga yang dilalui oleh empat buah sungai yang jernih.
Lembah Harau sangat terkenal, dan dipercaya oleh penduduk setempat apabila turun pelangi maka para bidadari turun dari kayangan untuk mandi-mandi di keempat sarah tersebut ( sarah aie luluih, sarasah bunta, sarasah murai dan sarasah aka barayun ). Bahkan pada tahun 2008 lalu, kabarnya , kamera HP milik seorang mahasiswa yang sedang berwisata ke lembah Harau pernah menangkap gambar rombongan bidadari mandi berbaju putih dan coklat, melayang di air terjun. Saat ini foto tersebut tersimpan pada kamera HP para pedagang disekitar air terjun sarasah bunta.
Asal Usul Nama Harau
Pada awalnya nama Harau berasal dari kata “Orau”. Penduduk asal tinggal di atas Bukit Jambu, dikarenakan daerah tempat tinggal penduduk tersebut sering banjir dan Bukit Jambu juga sering runtuh yang menimbulkan kegaduhan dan kepanikan penduduk setempat sehingga penduduk sering berteriak histeris akibat runtuhnya Bukit Jambu tersebut dan menimbulkan suara “parau” bagi penduduk yang sering berteriak histeris tersebut. Dengan ciri-ciri suara penduduk yang banyak “parau” didengar oleh masyarakat sekitarnya maka daerah tersebut dinamakan “orau” dan kemudian berubah nama menjadi Arau, sampai akhirnya menjadi Harau.
Prasasti Lembah Harau
Menurut prasati yang masih terdapat di sekitar air terjun Sarasah Bunta, areal ini mulai dibuka tanggal 14 Agustus 1926 oleh Assisten Residen Lima Puluh Kota yang bernama J.H.G Boissevain, dengan E. Rinner bernama B.O.Werken bersama Tuanku Lareh Sarilamak yang bernama Rasyad Dt. Kuniang nan Hitam dan assisten Demang yang bernama Janaid Dt. Kodo Nan Hitam.
Untuk pertama kalinya Assisten Residen terpesona, kaget dan terkesima sembari berdecak kagum untuk melantunkan rasa kagum dan tiada taranya melihat keadaan alam Lembah “orau” sambil berdecak “Hemel,hemel…….(Indah, mempesona seperti sorga) dalam bahasa Belanda.
Dengan terkesimanya Assisten Residen tersebut terhadap keindahan lembah sempit yang diapit oleh terjalnya bukit batu di kiri kanannya maka dibuatlah prasasti dari batu marmar yang dipahatkan pada salah satu dinding sarasahnya yakni “Sarasah Bunta” pada tanggal 14 Agustus 1926, sehingga sejak waktu tersebut terkenallaah lembah sempit tersebut sampai ke Negara Belanda dengan nama “Hemel Arau” (Sorga Arau) dan kemudian disingkat dengan Harau.
Kemudian diterbitkan Besluitnya oleh Pemerintah Belanda (waktu itu) pada tanggal 19 Januari 1933 Nomor 15 Stbl Nomor 24 dengan status Cagar Alam di Bidang Biologis dan Aesthestis seluas 315 Ha ,kemudian dilakukan pengukuran ulang oleh Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) pada tahun 1979 dengan luas defenitif dilapangan adalah 298 Ha,) . Selanjutnya status Cagar Alam sebagian arealnya diubah menjadi Hutan Wisata yang diperuntukkan bagi taman wisata alam dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor : 478 / Kpts /Um / 8 / 1979, tanggal 2 Agustus 1979 ,tentang perubahan statusnya menjadi taman wisata seluas 27,5 Ha.
Dengan demikian status Lembah Harau selain cagar alam juga sebagian berstatus taman wisata. Berbagai sarana pertamanan, kupel, tempat duduk, jalan setapak, tempat bermain anak-anak, taman satwa, sepeda air, Mushalla, WC dan lapangan parkir serta dilengkapi dengan kios-kios souvenir, dan makanan/minuman dan sebagainya yang telah dibangun di objek wisata ini bagi kemudahan dan kenikmatan pengunjung.
Berbagai jenis tanaman dan binatang ada di sini. Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) bisa dilihat di sini. Ada pula siamang (Hylobatessyndactylus), dan simpai (Presbytis melalopos).Hewan yang juag dilindungi di sini adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus), kambing hutan (Capriconis sumatrensis), dan landak (Proechidna bruijnii). Ada 19 spesies burung yang juga dilindungi. Di antaranya, burung kuau (Argusianus argus) dan enggang (Anthrococeros sp).
Potensi Lembah Harau
Saiful juga menjelaskan , pada kawasan Objek wisata Lembah Harau ini terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang . Pada resort Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.
Diceritakan batu-batuan yang terdapat di sini adalah sejenis batu yang biasanya terdapat di dasar laut. Diantaranya dua dinding batu yang terjal, tergantung pada sebuah akar yang pada saat pasang naik terbenam dan waktu pasang surut Nampak di atas air tergantung dan berayun-ayun ditiup angin.
Resort Sarasah Bunta terletak disebelah timur Aka Barayun, memeliki 4( empat) air terjun (sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai dan sarasah Aie Angek ) dengan telaga dan pemandangan yang indah seperti ; Sarasah Aie Luluih, dimana pada sarasah ini air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah.
Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.Pada Resort Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Legenda Puti Sari Banilai
Alkisah, waktu dulu berlayarlah seorang Raja Hindustan bernama Maulana Kari dengan permaisurinya Sari Banun untuk merayakan pertunangan anaknya bernama Sari Banilai dengan Bujang Juaro. Puti Sari Banilai ikut bersama orang tuannya. Sebelum berlayar, kedua anak muda tersebut telah bersumpah, kalau Sari banilai mengingkari janji pertunangan tersebut, ia akan menjadi batu dan sebaliknya kalau Bujang Juaro yang ingkar, ia akan menjadi ular naga.
Tanpa sadar kapal mereka terbawa arus dan hanyut terjepit di Lembah Harau di antara dua bukit batu terjal serta ditahan akar kayu yang melintang di antara kedua bukit tersebut. Agar kapal tidak hanyut, sang raja menambatkannya pada sebuah batu yang terdapat di sana. Batu tersebut sampai sekarang masih bernama Batu Tambatan Kapal/perahu.
Dengan persetujuan Rajo Darah Putiah yang berkuasa pada waktu itu di Lembah Harau maka Raja Maulana Kari beserta keluarganya diizinkan untuk tinggal menetap.
Karena sudah tidak mungkin lagi kembali ke negerinnya mereka putuskan untuk menetap di sana. Raja Maulana Kari tidak mengetahui sumpah putrinya, mengawinkan Puti Sari Banilai dengan seorang pemuda di daerah tersebut yang bernama “Rambun Pade”. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki yang gagah. Raja Maulana Kari dan istrinya sangat saying pada cucunya ini sehingga apapun permintaannya dipenuhi.
Tersebutlah suatu ketika sang raja membuatkan mainan untuk cucunya ini sehingga ia setiap hari asyik dengan mainannya itu. Pada suatu hari mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Sang cucu memanggil ibunya untuk mengambilkan mainan tersebut. Lalu si ibu melompat ke dalam laut untuk mengambilkannya, namun mainan itu hanyut tidak di temukan lagi. Pada saat itu datanglah ombak yang mendorong Sari Banilai sampai ke tepi dan terjepit di antara dua buah batu. Pada saat itu Puti Sari Banilai memohon agar air laut itu surut dan kering.
Lambat laun dari kaki Puti Sari Banilai mulai menjadi batu. Saat itulah teringat akan sumpahnya dan sebelum keseluruhan badannya menjadi batu, ia memohon kepada tuhan agar perlengkapan rumah tangganya dibawakan dan diletakkan di dekat ia terjepit.
Di lembah Harau pada dinding terjal di sebelah kiri (dekat echo) sayup-sayup Nampak sebuah batu seakan-akan berbentuk seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, hamparan tikar dan sebuah batu yang berbentuk lumbung padi.
Demikianlah legenda Lemba Harau. Legenda ini masih hidup dalam masyarakat, dalam cerita randai yang bernama “Randai sari Banilai” salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat di sana.
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota
NGALAU INDAH PAYAKUMBUH
Ngalau Indah adalah nama sebuah goa yang berada di lereng perbukitan yang terdapat di Kota Payakumbuh. Di dalamnya terdapat batu stalagmit dan stalagtit yang terbentuk dari proses endapan kapur yang berlangsung ratusan tahun. Kedua jenis batu tersebut mempunyai ukiran beraneka macam bentuk, dengan ornamen-ornamen yang menakjubkan, seperti: ruang kamar tidur, kursi, kelambu dan lain sebagainya.
Agar para wistawan dapat menikmati pemandangan Ngalau dengan lebih leluasa, pemerintah setempat membangun beberapa sarana pendukungnya, seperti: lampu penerangan, jalan penghubung dan anak tangga.
Keistimewaan
Dari atas perbukitaan di sekitar Ngalau, para wisatawan dapat melihat panorama kota Payakumbuh yang terhampar di depan mata. Perpaduan tata bangunan perkotaan, hijaunya pepohonan dan hamparan sawah yang begitu luas merupakan satu kesatuan dari kemilau Kota Payakumbuh.
Sedangkan pemandangan di sekitar Ngalau juga tidak kalah menarik. Sebelum masuk ke dalam Ngalau atau tepatnya di depan pintu masuk para wisatawan disambut dengan sebuah ukiran dari batu yang menyerupai gajah. Memasuki Ngalau, para wisatawan akan mendapat suguhan aneka ukiran-ukiran batu yang terpahat di dalam Ngalau. Batuan beraneka bentuk dan berukir tersebut diberi nama sesuai bentuk batunya, seperti: kursi, kelambu, dan kamar tidur. Para pengunjung yang merasa lelah atau lebih lama ingin menikmati keindahan Ngalau tersebut dapat berhenti sejenak dan duduk bersantai di atas batu-batu tersebut. Pada bagian lain Ngalau, terdapat batu tira yang berwarna putih yang apabila terkena sorotan cahaya lampu, dapat memantulkan cahaya kemilau yang begitu indah.
Lokasi
Ngalau Indah terletak di kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Akses
Objek Wisata Ngalau Indah dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat. Dari kota Padang ke Payakumbuh, perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum, ongkosnya antara Rp.20.000,00 sampai Rp. 25.000,00 per orang
SURGA DI PULAU CUBADAK
Kawasan Cubadak pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi. Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa, babi hidup di sini. Cubadak merupakan salah satu dari puluhan pulau kecil di lepas pantai Sumatra Barat. Sebenarnya ada banyak pulau kecil yang berpotensi besar di kawasan ini. Diantaranya Mentawai, Sipagang, Sikuai, Pasumpahan, Sirandah, Penyu, dan lain-lain. Sayangnya baru Cubadak dan Mentawai yang sudah digarap dan dipromosikan dengan baik. Pulau Cubadak yang namanya telah mendunia dan menjadi ikon Kabupaten Pesisir Selatan ini memiliki luas wilayah 5.749 km persegi dan berada 0-1.000 meter di atas permukaan laut. Dengan posisi memanjang dari utara ke selatan di bagian barat Sumatra Barat, Pesisir yang memiliki 218 km panjang pantai memang memiliki potensi di bidang pariwisata. Kawasan Cubadak pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi. Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa, babi hidup di sini. Panjang pantainya lebih 1,5 km dan lahan yang dikuasai pengelola Cubadak adalah sekitar tujuh hektar. Jika Mentawai adalah surga para peselancar, maka Cubadak adalah surga para penyelam karena dasar laut yang mengelilingi pulau ini ditumbuhi terumbu-terumbu karang yang indah dan ikan hia
s warna-warni. Di antara wisatawan Eropa lainnya, orang Jerman termasuk yang cukup antusias berkunjung ke pulau yang dijuluki Paradiso Village ini. Semua itu tak lepas dari promosi gencar dari sejumlah media di Jerman tujuh tahun yang lalu. Saat itu, satu tim TV Bavarian datang ke Cubadak untuk menggarap sebuah film dokumenter. Mereka melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut untuk menggambarkan keindahan Cubadak.
JEMBATAN AKAR YANG MENAKJUBKAN
Jembatan Akar Painan bersifat unik untuk pesona alam Sumatera Barat. Jembatan sepanjang 10 meter dan lebar satu meter yang terbuat dari akar konvergensi dari dua pohon beringin yang terletak di dua sisi tebing saling berhadapan.
Jembatan ini menghubungkan desa pulut-pulut dan Lubuk Silau di Koto Bayang di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) yang dipisahkan oleh Sungai Batang Bayang permukaan terletak sekitar 5-6 meter dari pangkal jembatan. Ini air sungai yang berasal dari air danau di daerah County Twin Solok. Di tepi sungai terdapat batu-batu besar yang cocok untuk bersantai.
Jembatan Akar cukup unik, karena dirajut dari akar pohon yang tumbuh di kedua sisi sungai, sehingga membentuk sebuah jembatan utuh. Hal ini berbeda dengan jembatan biasa yang dibangun menggunakan campuran semen
Di samping itu, keunikanan lain adalah bertambah kuatnya jembatan seiring dengan bertambahnya umur jembatan. Hal ini berbeda dengan jembatan biasa yang semakin lama umurnya akan semakin rapuh.
Dengan panjang 25 meter, jembatan akar ini lebih panjang dari jembatan akar yang ada di Badui, Jawa Barat dan jembatan akar yang ada di Jepang.
Jembatan Akar diperkirakan telah berumur sekitar 100 tahun. Jembatan ini dibangun dengan merangkai akar dari dua jenis pohon yang masing-masing tumbuh di kedua belah sisi sungai. Jenis pohon tersebut adalah pohon kubang (ficus sp) yang banyak tumbuh di sekitar sungai di mana tempat jembatan akar tersebut dibangun.
Konon, jembatan ini didesain oleh seorang ulama bernama Pakih Sokan . Pembangunan jembatan dilakukan sebagai upaya untuk menghubungkan dua kampung yang dipisah oleh sungai. Pembangunan jembatan dimulai pada tahun 1890 dan baru dapat digunakan oleh mayarakat setempat pada tahun 1916. Dengan kata lain, proses merajut akar menjadi jembatan ini membutuhkan waktu lebih kurang 26 tahun. (Lihat Juga Jembatan Akar di India)
Obyek wisata ini terletak kurang lebih 88 km sebelah selatan kota Padang, tepatnya di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Akses menuju objek wisata Jembatan Akar bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum, travel, mobil sewaan atau mobil pribadi. Jika menggunakan angkutan umum, perjalanan dimulai dari kota Padang menuju Painan (ibu kota kabupaten). Kemudian, dari Painan perjalanan dilanjutkan ke Kec. Bayang. Jika para wisatawan menggunakan mobil sewan atau mobil pribadi bisa langsung menuju lokasi objek wisata.
Objek wisata tidak begitu jauh kota Painan (ibu kota kabupaten), bagi para wisatawan yang datang dari luar kota dapat menginap di hotel dan resort yang ada di kota tersebut. Di kota ini juga terdapat banyak restoran
Di lokasi objek wisata ini, terdapat beberapa warung kecil yang menyediakan minuman ringan dan mie instant. Ada baiknya bagi para wisatawan membawa bekal makanan sendiri untuk dinikmati di bawah kerindangan pohon di sekitar lokasi objek wisata
PESONA PANTAI CAROCOK PAINAN
Pantai carocok ini Terletak disebelah barat
Pantai ini Sangat Terkenal di Sumatera Barat Maupun
Dalam kawasan Objek Wisata Pantai Carocok Painan ini Juga terdapat sebuah Pulau Batu Karang yang tersambung dengan ujung Bukit Langkisau.Yaitu Pulau Batu Kareta
Dahulu Pulau Batu Kareta dapat dicapai hanya Pada saat air Pasang surut, akan tetapi sejak dibangunnya Jembatan oleh Pihak PEMKAB Pesisir Selatan Pulau Batu Kareta ini dapat dicapai kapan saja .
Tidak itu saja sekitar 200 meter Kebarat Pantai carocok ini terletak sebuah pulau kecil yang bersejarah,yaitu Pulau Cingkuk.Dipulau ini dapat kita jumpai bekas-bekas Reruntuhan Benteng Portugis.
Menurut Sejarah Pertama kali Portugis menjejakan kakinya di Pesisir Pulau Sumatera adalah di Pulau Cingkuk ini.
Di samping benteng Portugis tersebut di pulau ini juga ada sebuah makam orang portugis yang ada Prasastinya.
Pulau kecil yang berpasir putih dan berair sangat bersih serta sangat tenang ini sangat ramai dikunjungi orang untuk berwisata terutama pada saat hari libur.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan di pulau cingkuk ini mulai dari mandi air laut ,menyelam sampai memancing dapat dilakukan disini
Untuk mencapai pulau ini tidak susah,anda cukup berdiri di ujung jembatan wisata pantai Carocok Painan yang Berada dihadapan Pulau Cingkuk, Beberapa orang tukang perahu bermesin tempel akan menghampiri anda, menawarkan jasanya untuk mengantarkan anda Ke Pulau Cingkuk.cukup dengan biaya Rp.5.000,- per orang.
Kembali ke Pantai carocok Painan.Saat yang paling indah di pantai carocok painan adalah disaat matahari akan tengelam, Panorama Jingga Sunset yang memantul diatas Permukaan Samudera Indonesia Sangat Bagus disaksikan disini.
Untuk mencapai lokasi pantai carocok ini tidaklah susah.dari Padang,ibukota Propinsi Sumatera barat anda menuju Kota Painan,ibukota kabupaten Pesisir Selatan.Setiba di Kota Painan anda tuju bagian barat kota atau Carocok maka anda disambut oleh gerbang Pantai Carocok Painan.
Soal tempat menginap di
DANAU KEMBAR dan KEBUN TEH
Diving Kelas Dunia Ada di Sumatera Barat
PADANG, Perairan laut Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) memiliki potensi untuk pengembangan wisata selam (diving) di alam terbuka karena sedikitnya memiliki 39 titik untuk lokasi penyelaman berkelas dunia. Kesimpulan itu setelah dilakukan penyelaman pada titik-titik tersebut dan diperbandingkan dengan titik penyelaman kelas dunia yang ada di daerah atau negara lain, kata Pembina Selam Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta, Indrawadi kepada ANTARA di Padang, Selasa (26/5).
Ia menambahkan, 39 titik itu tersebar pada perairan laut di tujuh kabupaten dan kota yang wilayahnya memiliki laut di Sumbar, terutama di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Pariaman. Dari 39 titik itu, ada lima titik yang jaraknya sekitar 10 mil laut dari pesisir pantai Sumbar, atau dengan jarak tempuh sekitar dua jam 30 menit menggunakan kapal bermesin 40 PK.
Lima titik itu, yakni Gosong Laut di perairan Kota Padang berjarak 11 mil dari Pantai Padang yang memiliki keindahan panorama hamparan terumbu karang dan penyelam bisa menyaksikan lalu lintas penyu menuju pulau terpencil untuk bertelur.
Titik kedua, di perairan Pulau Air Kota Padang dimana pada dasar laut terdapat bangkai kapal Belanda yang tenggelam pada masa penjajahan dan kini ditumbuhi terumbu dan bunga karang aneka warna yang indah. Di lokasi itu penyelam juga sering menyaksikan gerombolan hiu tutul ukuran besar yang selama ini ada yang menyerang manusia (penyelam).
Lokasi titik ke tiga di perairan laut Pulau Pieh, Kabupaten Padang Pariaman yang memiliki dinding terjal bawah laut berlapis terumbu karang dengan panorama hampir sama dengan di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Selatan. Titik ke empat, di perairan laut Pulau Marak Kabupaten Pesisir Selatan yang juga memiliki dinding bawah laut yang terjal dengan hamparan terumbu karang yang alami dan indah.
Sedangkan titik ke lima, di perairan laut Pulau Pandan, Kota Padang yang selain memiliki panorama bawah laut yang indak juga terdapat benteng peninggalan Belanda di Pulau tersebut.
disadur dari KOMPAS.com