Kembali hatiku tergerak untuk menulis
Sebuah tulisan yang mungkin tak bermakna bagi segelintir orang yang merasa
Saatnya kita mengambil sikap
Bukan hanya duduk duduk berpangku tangan melihat ke hancuran zaman’
Bukan bermaksud menjadi politisi
Toh saya tak ada basic mengenai ini
Dan bukan pula sok mengkritisi
Tapi hanya mencurahkan dan kegundahan dan sembilu di dalam hati
…
Hari ini kembali ku membuka pagi
Ada yang berbeda kali ini
Semua berita yang kubaca bagaikan menggores hatiku dengan tema peduli
Saya berbicara bukan atas nama lembaga
Bukan pula untuk kepentingan politik
Saya berbicara atas nama pribadi
Akhir-akhir ini penduduk dunia di kejutkan dengan sebuah bencana
Apa lagi kalau bukan gempa dan tsunami yang terjadi di negri sakura
Sebuah gempa 9 SR menggoyang dan meluluhlantakkan sebuah negri
Ribuan nyawa melayang
Puluh ribuan lagi hilang
Lalu semua berkata peduli
Dengan logo-logo dan status bertuliskan “Pray for Japan”
Tapi bukan ini yang ingin ku kaji
Bukan karna ku tak punya hati dan simpati
Sekarang siapa yang peduli
Ribuan warga melayang di negri sendiri
Bukan karna sebuah peristiwa yang tak dapat di prediksi seperti gempa dan tsunami
Tapi karna tak sensitifnya hati nurani
Setiap hari Indonesia di goyang gempa
Bukan gempa bumi
Tapi sebuah terjangan yang di akibatkan oleh para pemimpin-pemimpin kami
Saya berasa di negri dongeng
Berada di sebuah negri subur kaya nan sentausa
Yang katanya negri dengan kolam susu yang berlimpah ruah memberikan emas kepada setiap penghuninya
Apapun yang ditanam dapat berubah menjadi pangan
Setiap membuka mata,telah ada makanan terhidang
Lumbung padi penuh terisi
Tambak-tambak ikan dan udang menggaung biru
Sawah-sawah menguning
Ladang-ladang subur makmur
Tapi semua bak diterjang tsunami
Makhluk-makhluk kotor berkedok tikus-tikus kantor menggerogoti semua surga nusantara
Satu persatu namun pasti
Menulari setiap lapisan masyarakat yang mulai menikmati janji-janji
Dan akhirnya rakyat mesti memakan dagingnya sendiri
Negri macam apa ini?
Negri dongeng dengan borok dan koreng?
Berharap cerita yang kubaca berakhir seperti cerita Cinderella yang berujung bahagia
Bukan bertanya salah siapa
Tapi semua turut andil dalam kegoncangan negri ini
Dari dini,anak anak telah di ajari beringkar janji
Sebuah ajaran yang tak disadari,namun itu pasti
Di tingkat pendidikan tinggi
Siswa-siswa sudah diajarkan korupsi
Jilat menjilat untuk mendapat keuntungan pribadi
Bukan sebuah mimpi,tapi ini realita
Bukan bersorak buntu, hanya menunggu waktu
Kalau bukan dari dalam diri ini memupuk dan mensensitfkan nurani
Entah kapan bencana kemanusiaan ini akan berhenti
Aku rasa, di Indonesia adalah gudangnya relawan
Tak perlu lembaga
Tak perlu latihan
Semuanya sudah terbiasa
Rela ditindas
Rela dibajak
Rela dibunuh
Rela mati untuk kepedihan diri
Rela dipenjara
Rela melihat saudaranya tercekik
Rela menjadi tumbal-tumbal politik
Rela menjadi benteng-benteng hidup dari penguasa
Rela dimaki
Ya
Semua ini karna terbiasa
Terbiasa miskin
Terbiasa tertindas dan menindas
Terbiasa menikung dan ditikung
Terbiasa membunuh
Terbiasa menyalahkan dan disalahkan
Terbiasa terrtawa dan ditertawai
Sudahlah
Percuma berdebat masalah martabat
Tak ada pangkal,tak ada ujung
Bukan saatnya pasrah dan gundah
Bukan saatnya berangan dan berpangku tangan
Ini soal kesempatandan keberuntungan
Karna regulasi dan advokasi tak berguna sama sekali.
Mungkin ini cara untuk bersabar dan berjiwa besar
Sebuah jihad-jihad kecil
Mengais sedikit demi sedikit kejujuran yang tersisa
Dengan jiwa-jiwa teriris,kita belajar tetap optimis
Walau gempa-gempa besar kepemimpinan ini tetap melanda
Dengan jiwa-jiwa muda yang teguh para penerus bangsa kita dapat melawannya
Walau caci maki para bedebah dalam tong sampah tetap menggaung
Anggap sebuah pewarna hidup
Camkan
Jangan mau terlena dengan kesengsaraan
Saatnya kita bangkit
Dengar nyanyian pagi
Sebuah bisikan nasehat dunia penyegar hati
Karna kalau bukan kita, siapa lagi
PRAY FOR INDONESIA
like this bg engga..
BalasHapusyes,the important point is
PRAY FOR INDONESIA >_<b
Pray For Indonesia...
BalasHapusR.I.P kepedulian atas bangsa sendiri